Wednesday, May 2, 2012

"Kasihan Slamet kak.."

Siang itu saya dan murid-murid kelas 6 sedang belajar Matematika bersama.. :)
Saya membagi soal dengan cara membuat undi, lalu mereka mengambil undian secara bergantian. Mereka nampak antusias sekali siang itu, saya hanya membuat cara belajar yang berbeda dari biasanya supaya mereka tidak bosan belajar Matematika. Dan sepertinya cara itu berhasil, mereka sedikit mengeluh karena soal-soalnya yang sulit, tapi mereka langsung cepat-cepat mengerjakan soal-soal tersebut lalu menuliskan cara dan jawabannya di papan tulis secara berurutan dan bergantian.

Kami mengerjakan soal itu bersama-sama. Saya melihat dari kejauhan si Slamet yang duduk paling pojok kanan belakang, tampak kesulitan mengerjakan soal-soal itu, dia hanya menggaruk-garuk kepala... Saya sedikit gemes saat itu, akhirnya saya memancing supaya mereka semakin bersemangat mengerjakan soal, yaitu dengan cara : memberikan hadiah cokelat kepada siapa saja yang lebih cepat mengerjakan soal-soal itu dari saya. Mereka bertambah semangat saat itu, tak terkecuali Slamet, dia mulai serius mengerjakan soal-soal itu. Akhirnya...

Setelah selesai memeriksa semua cara dan jawaban mereka, saya membagikan hasil pekerjaan mereka. Karena saat itu saya meninggalkan kelas sebentar untuk membeli cokelat di toko sebelah sekolah, akhirnya anak-anak mampu mengalahkan saya, mereka lebih cepat mengerjakan. Kecuali ada 1 orang yang belum selesai...yaitu si Slamet. Semua cokelat sudah habis, dan hanya 1 orang yang tidak dapat cokelat, yaitu di Slamet. Tiba-tiba datanglah si Krishna, anak yang suka cari perhatian di kelas, suka menjahili teman, suka ramai di kelas, suka mengeluh, dan sedikit sombong karena dia adalah anak dari salah seorang guru di sana. Saya memakluminya, namun kali ini dia berani menghampiri saya dan protes sambil berkata :
"Kak Tika, kasihan Slamet lho! Masa dia nggak dapet cokelat, kak Tika gimana sih???"
Saya mengatakan kepada Krishna bahwa cokelatnya sudah habis, lagipula tadi perjanjiannya yang dapat cokelat hanya yang mampu menyelesaikan soal lebih cepat dari saya. Lalu saya berkata :
"Oke, kalau kamu kasihan dengan Slamet, kenapa kamu nggak bagi 2 cokelatmu dengan Slamet supaya dia juga bisa makan cokelatnya..?"
Saya sengaja mengatakan hal itu, karena saya ingin tahu apa yang akan mereka lakukan.. Lalu ada beberapa teman Krishna yang lain yang datang menghampiri saya dan menanyakan hal yang sama, saya menjawab dengan pertanyaan yang sama juga saat itu. Namun tidak 1 pun dari mereka yang mau berbagi dengan Slamet, mereka menghabiskan cokelat itu sendiri...

Apa makna dari kejadian ini sebenarnya???
Sadarkah? Terkadang kita menjadi seperti Krishna dan teman-temannya, ketika salah seorang di sekeliling kita mendapat dukacita atau mendapat masalah atau mungkin sedang berkekurangan, yang kita lakukan hanyalah menyatakan rasa iba saja, lalu kembali fokus dengan diri sendiri. 
Kita hanya bersimpati, bukan berempati. Padahal yang Tuhan mau adalah kita mau berbagi dengan sesama, mau mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi. Kalimat ini sangat mudah untuk ditulis dan diucapkan, namun kenyataannya tidak semua orang mampu melakukannya dengan tulus. Semoga kisah nyata Slamat, Krishna, dan teman-temannya ini bisa menginspirasi hidup kita, untuk mau berbagi dan tidak egois memikirkan diri sendiri.



"Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." 
(Amsal 11:25).




2 comments:

  1. Very nice post :D Aku sangat terberkati dengan postingan ini :D keep posting ;) Gbu~

    ReplyDelete
  2. @Anita Bong : thankyou, i'm glad to know that... you too ! keep posting !
    Gbu too *

    ReplyDelete