Wednesday, June 5, 2013

Mulai dari minggat, gagal tunangan, sampai pasang susuk..

Saya baru saja ditelepon oleh seorang kawan lama, sebut saja Ino, seorang tenglang dari keluarga berada dan menjadi singer di sebuah Gereja di kota Malang, kami sudah hampir 4 tahun tidak bertemu. Terakhir kali saya bertemu yaitu ketika saya menemaninya ke warnet untuk mengirim pesan kepada Mamanya, menyatakan permintaan maafnya karena sudah minggat berbulan-bulan, mengakui kesalahannya selama ini, dan mengatakan bahwa dia ingin berubah menjadi pribadi yang baik, serta keinginannya yang terdalam untuk kembali pulang ke Probolinggo tempat asalnya... :) dia bercerita banyak hal tentang pengalaman hidupnya setelah kembali ke Probolinggo sampai saat ini..
Saya juga lupa bagaimana kami bisa berteman. Yang jelas waktu itu dia bercerita bahwa dia minggat dari rumahnya demi seorang perempuan pujaan hatinya. Namun rupanya orang tua teman perempuannya itu tidak setuju dan lebih senang jika anaknya bersama laki - laki lain yang membawa mobil mewah ke rumah. Akhirnya dia memutuskan untuk memasang susuk, hal yang sebenarnya tidak dibenarkan dalam agama kami (Kristen), dia melakukannya agar dia dapat bersama dengan perempuan pujaannya itu, namun naas.. hidupnya menjadi kacau, jauh dari Tuhan, sudah jarang berdoa, jarang membaca Alkitab, hatinya tidak damai sejahtera, dan tidak ada sukacita di dalam hatinya. Anehnya pada akhirnya dia pun tidak bisa bersama dengan kekasihnya itu walau sudah mengorbankan banyak hal, sekarang masalah hidupnya pun bertambah sudah. Sampai di satu titik dia mengingat betapa orang tuanya pilih kasih kepada dia, dan kakak - kakaknya justru membenci dia karena dia sering pergi minggat, tidak ada orang yang mempercayainya. Namun saya dapat melihat betapa Tuhan mengasihinya, entah bagaimana detail ceritanya waktu itu, dia akhirnya memilih untuk melepaskan susuk dari dukun itu, dan dia dapat merelakan perempuan yang dia sukai dengan pria lain pilihan keluarganya, dan dia juga memberanikan diri untuk tinggal kembali dengan orang tuanya, walau harus menerima perlakuan yang kurang adil setelah apa yang dia alami. Dia tidak perlu lagi tidur di Warung internet dan bermain game sepanjang hari untuk mendapat uang, namun dia hanya perlu mambantu toko bahan bangunan milik orang tuanya di Probolinggo. Beruntung dia tidak perlu hidup terlunta - lunta, meski apa yang dilakukan orang tuanya terlihat jahat, namun saya dapat melihat kasih orang tua yang mungkin disampaikan dengan cara yang salah, tetap bertujuan demi kebaikan anaknya. Saya bahkan masih ingat betul, bagaimana mamanya datang jauh - jauh dari Probolinggo ke Malang untuk mencari dia berhari - hari, dan saya pun dengan mantap hati memberanikan diri untuk memotivasi dia bertemu Mamanya dan kembali pulang...serta menyampaikan firman Tuhan yang menguatkan dirinya...


Sebetulnya kisah Ino ini begitu panjang dan rumit untuk diceritakan, namun saya berusaha menyampaikan secara garis besar saja dan menyadari bahwa sejauh apapun kita pergi dari kasih-Nya (Tuhan), jika Tuhan berkehendak Dia dapat melakukan apapun untuk membawa kita mendekat pada-Nya. Tidak ada yang dapat menjauhkan kita dari kasih-Nya selamanya, dan tidak ada benih firman yang sia - sia ditanam, pasti akan tumbuh dan berbuah pada akhirnya.













0 comments:

Post a Comment