Friday, April 13, 2012

"Saya minta 20.000 mbak..."

Diambil dari kisah nyata di kota Malang :
(gambar hanya ilustrasi...)
Hari jumat siang, 13 April jam.10.30
ada seorang mahasiswi yang baru saja selesai mengumpulkan UTS take home mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi, dia berniat ingin mengurus kelengkapan persyaratan untuk mendapatkan beasiswa di universitasnya.

Ketika itu, dia pergi ke warnet di belakang kampusnya untuk mencetak beberapa formulir dari website resmi kampusnya, namun setelah berjalan jauh... ternyata warnet tersebut tutup, padahal saat itu kakinya sedang sakit karena baru saja jatuh beberapa hari sebelumnya, kemudian ia memutuskan untuk istirahat dengan duduk sebentar di kursi yang ada di depan warnet tersebut, menarik nafas panjang lalu menghembuskannya berkali-kali, terlintas dipikirannya tentang tabungannya yang semakin sedikit karena terpakai untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak dia ingin menabung lebih banyak lagi dan menghemat sehemat-hematnya, tiba-tiba dia terpikir untuk segera cepat pulang saja, kemudian ia mencoba untuk menghubungi kakaknya yang berada di rumah agar menjemputnya di sana...

Namun tiba-tiba, ada seorang anak laki-laki yang menghampirinya..
kulitnya gelap terkena sengatan sinar matahari, wajahnya pucat mungkin karena kecapekan, rambutnya berantakan, pakaiannya lusuh, tidak memakai alas kaki, dan bibirnya pecah-pecah. Ekspresinya saat itu begitu sedih dan dia langsung duduk di samping mahasiswi tersebut, alangkah kagetnya mahasiswi itu, dia mengira anak itu adalah anak dari orang yang memiliki warnet tersebut, atau mungkin teman dari anaknya, atau mungkin tetangganya...

Dengan perlahan dia mulai bercerita...
"Mbaaak tolong saya..saya doakan mbak panjang umur kalau menolong saya... nenek saya sakit paru-paru sekarang di rumah sakit, saya butuh uang untuk bantu biaya nenek saya, saya boleh minta 20.000 aja mbak...? kalau mbak ada uang...tolong saya mbak..."


Mahasiswi ini semakin dibuat bertanya-tanya olehnya, lalu dia bertanya:
"Kamu disuruh siapa? memangnya orang tuamu nggak membiayai nenekmu...?"


Anak itu menjawab :
"Saya disuruh orang tua saya mbak...mereka hutang sana-sini untuk biaya nenek saya di rumah sakit, mereka minta tolong kepada saya supaya saya mencari uang 50.000 saja untuk membantu biaya nenek saya...saya nggak bohong mbak, saya berani kualat, demi Allah mbak..."


Lalu mahasiswi itu bertanya kembali :
"Hush! jangan sumpah-sumpah, hmmm...memangnya kamu ndak sekolah? ini kan hari jumat, masih siang lagi...Namamu siapa?"


Anak itu menjawab dengan muka sedikit bersedih :
"Saya sekolah kok mbak, saya kelas 3 SMP di SMP Muhammadiyah Blitar saya di taruh di panti asuhan Abba Abdipya Blitar sama orang tua saya, karena mereka nggak mampu biayai sekolah saya... nama saya Riko mbak..."


Mahasiswi ini mulai ragu akan apa yang diceritakan anak tersebut, lalu dia bertanya lagi :
"Sebentar lagi kan UNAS, terus gimana sekolahmu? Kalau kamu memang tinggal di panti asuhan, kok kamu bisa jalan-jalan begini???"


Anak itu kembali menjawab :
"Saya ijin umi di panti, saya bilang saya mau cari uang untuk nenek saya, saya disuruh orang tua saya, umi bilang boleh, ya sudah saya berangkat ke malang ikut kereta orang... dari tadi pagi saya keliling saya baru dapat sedikit mbak...saya kasihan sama nenek saya mbak...kaki saya kena paku di
jalan...saya nggak papa sakit, asal nenek saya bisa sembuh mbak..." Sembari bercerita dia mengeluarkan semua uang yang ada di kedua kantong celananya di hadapan mahasiswi itu...

Lalu mahasiswi itu mengajak untuk menghitung bersama :
"Coba sih sekarang uangnya dihitung sama-sama yuk, jadi kamu biar gampang cari sisa uangnya kurang beberapa..."


Si anak mengeluarkan semua uangnya dan menghitungnya...jumlahnya 18.000, lalu dia bertanya lagi :
"Baru 18.000 mbak, masih kurang banyak...mbak...mbak gimana mau bantu saya....? saya kasihan sama nenek saya...dia sakit paru-paru mbak... saya harus cepat pulang ke Blitar mbak, keretanya berangkat jam.11.00 mbak, sekarang jam berapa ya...?"

Mahasiswi ini mulai memahami cerita si anak tersebut, akhirnya dia mulai melontarkan beberapa pertanyaan :
"Lho??? Ini sudah jam.10.40, tunggu sebentar ya...uangmu kan cuma 18.000, berarti seharusnya masih kurang 32.000 kan...? kok hanya minta 20.000...? Ohya kamu sudah makan...?"


Lalu anak ini menjawab :
"Aduh...saya takut terlambat mbak, saya hanya minta 20.000, tapi kalau ada orang mau memberi saya 30.000 saya akan kembali ke sini untuk mengembalikan uang itu mbak... Saya sudah makan mbak, tadi pagi ada orang meninggal, saya ikut urug tanah di kuburan, lalu saya diberi makan..."


Mahasiswi ini sebenarnya sudah berpikir macam-macam, anak ini hanya berakting untuk dapat uang, atau mungkin dia memang butuh uang tapi dia punya cara yang kreatif meskipun itu hal yang sebenarnya tidak baik, yaitu berbohong... singkat cerita mahasiswi ini akhirnya kasihan pada si anak tersebut, karena di dompetnya hanya uang 50.000-an dan 20.000-an saja, akhirnya dia memberikan 2 lembar uang 20.000-an kepada anak tersebut, namun sebelumnya dia berkata :
"Saya mau tolong kamu, tapi saya juga ingin kamu tahu...uang ini bukan punya saya, uang ini rezeki dari Tuhan dari hasil saya bekerja paruh waktu."


Anak itu menjawab :
"Iya mbak, terima kasih....mbak agamanya apa?"


Mahasiswi itu menjawab :
"Kristen, ini uangnya..."

Anak itu kembali bicara untuk terakhir kalinya :
"Ohya, berarti uang ini rezeki dari Tuhan Yesus ya mbak? Terima kasih ya mbak..."


Kemudian anak itu segera berlari dengan sangat cepat dari tempat itu..
Sedangkan mahasiswi itu, duduk terkejut di atas kursi marmer yang dingin. Dia tidak berani melihat isi dompetnya, dia segera menghubungi kakaknya dan segera pulang..  sampai malam harinya, tiba-tiba dia sangat penasaran dan ingin membuktikan apa yang diceritakan Riko, dia mencari informasi daftar nama-nama SMP yang ada di Kota/Kab. Blitar, apakah ada yang sama dengan nama sekolah yang disebutkan Riko tadi siang... dan daftar nama-nama panti asuhan yang ada di Kota/Kab.Blitar, namun ternyata hasilnya nihil... tidak ada sama sekali.. rasa kecewa itu ada, namun rasa rugi itu entah hilang lenyap begitu saja di hatinya, dia tahu anak-anak seperti itu seharusnya butuh perhatian khusus agar tidak semakin merajalela dan merugikan masyarakat. Dia merelakan uang tersebut...meskipun uang itu bukan untuk seorang nenek yang sakit di Rumah Sakit karena penyakit paru-paru, tetapi setidaknya uang itu pasti berguna untuk anak jalanan itu, entah untuk makan, atau untuk membeli keperluan lainnya.

Semoga Riko sampai di Blitar dengan selamat, dan uang itu berguna untuk hidupnya..
Tapi pesan untuk teman-teman semua, hati-hati ya kalau ada anak-anak jalanan yang akting-akting seperti ini, jangan-jangan mereka adalah kakak atau adiknya Riko, atau mungkin anak buahnya Riko, cukup sekali saja mereka berhasil, jangan sampai kita membantu mereka dengan cara seperti itu, karena tanpa sadar kita telah mendidik mereka menjadi anak-anak pembohong... 


2 comments:

  1. Wuuui.... ternyata ada juga modus penipuan seperti ini D: padahal awal2 aku baca udah terharu :| ternyata....

    Yah, kita yg lebih waspada dan hati2 aja :)

    ReplyDelete
  2. Hmmmm...iya, hehehe
    Yaaa pokoknya kasihan boleh, tapi kita juga harus waspada :)

    ReplyDelete