CINTA itu hal yang indah, semua orang mengatakannya
tapi CINTA juga hal yang menyakitkan, semua orang pun mengakuinya..
jadi kesimpulan saya:
"CINTA adalah sesuatu yang indah namun menyakitkan, dan CINTA adalah sesuatu yang menyakitkan namun indah..."
2 pernyataan ini saya gabungkan menjadi 1 kalimat dengan kata sambung "dan" ..
bukan tanpa arti, tapi ketika saya hanya menulis "CINTA adalah sesuatu yang indah namun menyakitkan" , maka yang terbersit dalam pikiran kita adalah: CINTA itu pada akhirnya hanya menyakitkan.
dan begitu pula sebaliknya, jika saya hanya menulis CINTA adalah sesuatu yang menyakitkan namun indah", maka yang terbersit dalam pikiran kita adalah: CINTA itu pada akhirnya pasti indah.
Maka sangatlah adil jika saya menuliskan keduanya bersamaan dalam 1 kalimat dengan kata sambung "dan",
yang berarti keduanya ada di derajat yang sama, dan tidak mungkin hanya keindahan yang kita alami, namun juga kesakitan yang pasti kita alami. Begitu kreatifnya Tuhan membuat cinta itu dalam setiap diri kita, tidak dibuat-Nya cinta itu instant seperti mie yang kita masak hanya dengan menambahkan air panas dan bumbu. namun Dia membuat cinta yang ada dalam diri kita ini seperti Nasi Goreng, berasnya harus dicuci dulu, dimasak dulu dengan takaran air yang pas, bumbunya dari bahan-bahan alami yang harus dikupas dulu, di cuci dulu, di potong-potong, dicincang, dirajang, ditumbuk, dihaluskan, digeprak, digoreng di atas wajan, kemudian dicampur dengan nasi yang sudah matang tadi, di tambahkan saus dari tomat dan sambal yang tentunya juga melalui proses yang tidak kalah rumitnya, kemudian dicampur dengan suwiran ayam goreng, rebusan udang, telur dadar, dan disajikan di atas piring dengan taburan bawang goreng di atasnya..
hmmm...membayangkannya saja membuat saya jadi ingin makan nasi goreng.
Namun, mengapa banyak orang ternyata suka makan mie instant dari pada nasi goreng? Tentu beragam alasannya, karena harganya murah, karena mudah untuk mendapatkannya, karena membuatnya sangat gampang, dan juga karena iklan-iklan yang dimuat di media cetak dan elektronik yang dilihat mampu mempengaruhi orang-orang sehingga mereka tertarik untuk membelinya. Jauh berbeda dengan nasi goreng, kalau kita bisa memasak sendiri, maka kita harus menyediakan bahan-bahan dan alat-alat untuk memasaknya, dan tentu saja energi serta waktu yang cukup banyak dibandingkan dengan memasak mie instant, namun jika kita tidak bisa memasaknya sendiri, tentu kita harus mencari tempat makan yang menjual nasi goreng tersebut, kita harus mengantri....kita harus bersabar menunggu sang koki memasak pesanan kita..dan terakhir, kita harus membayarnya dengan harga yang tentu saja jauh berbeda dengan harga mie instant tersebut. Kita tidak akan rugi jika lebih memilih makan nasi goreng dari pada mie instant, karena dari segi kesehatan nasi goreng jauh lebih bergizi dibanding dengan makanan cepat saji yang memiliki pengawet seperti mie instant...
Rasa cinta saya kepada Tuhan..selama ini, sepertinya hanya seperti mie instant..
saya mencintai-Nya karena berkat-berkat yang Dia berikan dalam hidup saya, saya mencintai-Nya karena Dia memulihkan keadaan saya, saya mencintai-Nya karena saya diberikan banyak talenta, saya mencintai-Nya karena saya diberikan nilai-nilai yang bagus, karena Dia memberikan sahabat-sahabat yang baik, karena Dia memberikan sukacita dalam hidup saya, karena Dia memberikan saya kesehatan, karena Dia begitu memperhatikan saya, dan hal-hal indah lainnya... dan hilangnya rasa cinta saya kepada-Nya pun juga seperti mie instan, cepat sekali menghilang... hanya karena secuil masalah.
Hanya karena sesuatu yang instant, hanya karena sesuatu yang bersifat sementara, hanya karena sesuatu yang bisa hilang kapan saja.. betapa Tuhan memberikan lebih dari itu, kehidupan yang saya jalani saat ini pun rasanya hanya seperti mie instant, saya menginginkan semua yang saya harapkan dengan mudah, dengan cepat, dengan sesegera mungkin.. cepat mendapat kepintaran, cepat mahir bermain biola, cepat dipulihkan dari perekonomian kelurga yang kurang baik, cepat lulus kuliah, cepat mendapat pasangan hidup yang terbaik, dan cepat-cepat yang lainnya...
Akhirnya apa yang saya dapatkan? Ternyata hanya hal yang sia-sia.Yaitu harapan yang kosong, kekecewaan, kesakitan, keputusasaan, kebingungan, ketakutan, kekhawatiran, kehampaan, kegalauan, kesedihan, kegagalan, kepahitan, kemarahan, dan kerendahan diri yang amat sangat.